BLANTERWISDOM101

Sholat Empat Tasyahud

Monday, February 3, 2020
Sholat Empat Tasyahud

Saat itu cuaca sangat panas hingga suhu di lingkungan pesantren lebih panas dari hari biasanya. Hal itu juga dirasakan oleh santri yang tetap melakukan kegiatan seperti biasanya. Terlebih kegiatan di pesantren hari itu yang sangat padat usai kerja bakti membersihkan masjid.

Tak terkecuali bagi Mukidi dan Mardin, mereka bahkan terdiam lesu di bawah pohon mangga sambil menikmati angin yang sepi melintas. Mukidi membuka pembicaraan dengan helaan nafasnya.

"Haah.. panas-panas gini rasanya pengen rebahan aja di kamar, apalagi abis capek-capek disuruh Pak Yai tadi bersihin WC masjid tadi. Hmmm... masyaAllah baunya" kesal Mukidi.

"Kayaknya jangan deh, ntar lagi mau Ashar kan kita disuruh ngaji kitab Aqidatul Awwam habis itu. Tahan aja dulu deh, mending istirahat dulu di sini. Kan lumayan dapet angin seger..." Mardin ingat dengan jadwal mereka berdua yang sama-sama kurang untung hari itu.

"Seger dari mana coba, angin aja jarang-jarang. Tuh daun aja mana ada yang gerak. Apalagi lagi panas hati nih Aku" gumam Mukidi.

"Emang kenapa?" Mardin penasaran.

"Tuh temenmu Munir, tadi manas-manasin Aku. Mentang-mentang Dia jadwal kerja baktinya malem, gak kepanasan. Awas nanti kalo Dia lewat!" Mukidi yang diejek Munir pun semakin geram. Pasalnya setiap kali Mukidi dapat kesempatan untuk maju di kelas, Munir selalu menyerobotnya sehingga Munir dapat nilai lebih baik daripada Mukidi. Menurut Mukidi, Munir hanya sok pintar untuk mendapat perhatian dari Pak Yai.

Obrolan yang hangat itu terlihat dari jauh oleh Munir. Munir yang penasaran pun mendekati mereka yang masih asyik membicarakan dirinya. Seperti yang diharapkan Mukidi, Munir justru mendatangi mereka, dengan berjalan sombong. Agaknya, kesombongan Munir justru bertambah melihat Mukidi terduduk lesu.

"Ha..ha..ha.. kasian banget bang Mukidi, tuh sampe lesu gitu" ucap Munir sombong.

"Eh.. jangan sombong dulu, awas aja lain kali kalo situ yang capek, kupastiin bakal kapok nanti!" jawab Mukidi dengan kesal karena Munir yang semakin sombong.

"Hmm coba aja kalo bisa hahaha. Kemaren aja waktu kamu dipanggil maju aja Aku salip, jadinya 100 deh Aku.." Munir puas menertawakan Mukidi yang semakin kalah.

"Terserah deh. Gini aja, kalo emang Kamu pinter Aku kasih tebakan, kalo bisa jawab Aku yang bersihin kamarmu nanti malam, kalo tidak bisa Kamu yang harus bersihin kamarku dan kamar Mardin, setuju?" Mukidi sudah kehabisan akal, Dia tidak ingin harga dirinya jatuh oleh Munir.

"Wah, setuju tuh!" ujar Mardin.

"Okelah, lagi pula Aku yakin pasti bisa jawab tuh tebakan. Biar puas Aku liat Mukidi kecapean kayak ikan asin" Munir tidak sabar melihat Mukidi semakin menderita akibat ulahnya.

"Coba aja kalo bisa, nih tebakannya. Sholat apa yang 4 kali tasyahud sekali salam?" tegas Mukidi.

"Waduh, sholat apa ya?" Munir pun bingung setelah mendengar tebakan Mukidi, ia juga hanya sok tahu tentang agama dan tidak begitu hafal dengan masalah seperti itu.

"Berat juga tebakannya nih" sahut Mardin yang ikut berpikir menjawab tebakannya.

Munir pun berpikir keras mengingat-ingat pelajaran yang diberikan oleh Pak Yai di madrasah. Namun ia tetap tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan itu.

Suara masjid pun mulai terdengar, tanda waktu sholat Ashar akan segera dimulai. Munir masih berpikir dengan pertanyaan Mukidi yang membuatnya terdiam.

"Udah belom? habis ini waktu Ashar, Aku nggak mau kalo udah waktu Ashar. Otomatis kamu Aku anggep kalah." ancam Mukidi.

"Iya, bener. Lagian Kamu nggak bakal bisa mikir juga." sahut Mardin mendukung Mukidi.

"Yaudah deh, Aku nyerah." Munir pun menyerah dengan tebakan itu. Ia lebih memilih berhenti memikirkan jawabannya.

"Nah, gitu dong..." Mukidi lega akhirnya bisa membuat Munir menyerah.

"Emang jawabannya apa? Awas kalo bohong ya! setahuku sholat itu biasanya cuman 2 kali tasyahud sekali salam." tanya Munir penasaran.

"Jawabannya sholatnya makmum yang masbuq (terlambat) sholat maghrib saat imam tasyahud awal." jawab Mukidi percaya diri.

"Lho kok bisa?" Munir keheranan.

"Ayo dihitung.. Satu, kan si makmum masbuq waktu imam tasyahud awal, jadi dia ngikutin tasyahud juga kan? Terus dia ngikutin imam sampe tasyahud akhir, ya kan? Kan tadi raka'at pertama cuman ngikuti dari tasyahud, jadi raka'at pertamanya tidak dihitung, berarti udah tiga. Dia masih kurang satu raka'at lagi, hayo ada berapa..?" jelas Mukidi dengan senang, mengingat Munir akan membersihkan kamarnya nanti malam.

"Oiya juga empat, iya deh iya..." jawab Munir dengan kalah.

Munir terpaksa harus menepati janjinya membersihkan kamar Mukidi dan Mardin malam itu.
Share This :

0 komentar