BLANTERWISDOM101

Belajar Cara Mendidik Anak ala Luqman Al Hakim

Sunday, December 29, 2019
belajar cara mendidik anak ala luqman al hakim
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi anak. Begitu pentingnya pendidikan hingga masa depan anak tergantung dari cara mendidik anak tersebut. Pendidikan bahkan dapat menjadi status sosial dalam masyarakat. Semakin jauh pendidikan seseorang, semakin tinggi pula status sosialnya.

Yang tidak kalah penting lagi adalah bagaimana cara mendidik anak yang baik. Sebab anak merupakan penerus dari kita, yang melanjutkan cita-cita dan harapan kita.

Apalagi anak yang sholeh, pasti semua orang ingin memilikinya. Rasulullah bersabda
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya : "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

Anak sholeh dalam hadits tersebut dapat menjadi sumber amal kita ketika telah di alam kubur. Sebab anak yang sholeh akan patuh kepada orang tua dan selalu mendoakannya. Sehingga orang tuanya akan mendapat ampunan dan rahmat dari Allah SWT bahkan setelah meninggal selama anak tersebut mendoakan orang tuanya.

Oleh karena itu, anak harus dididik dengan baik supaya menjadi anak yang sholeh. Beragam cara yang ada dapat digunakan untuk mendidik anak, namun cara mendidik anak yang baik harus sesuai dengan syariat Islam. Lantas bagaimana tuntunan Islam dalam mendidik anak?

Di dalam Al-Qur'an, Allah SWT menjelaskan seluruh aspek kehidupan dari yang paling sederhana seperti bersuci hingga yang paling kompleks seperti haji, berdagang, dan lain-lain. Tak terkecuali dalam hal pendidikan anak.

Dalam hal ini Allah SWT memberikan contoh atau hikmah berupa kisah yang diabadikan dalam surat Luqman. Dalam surat ini dijelaskan mengenai kisah wasiat Luqman Al Hakim kepada anaknya.

Siapakah Luqman Al Hakim itu? 

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Artinya : "Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.'"

Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa Lukman adalah seseorang yang diberi hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang benar menuju kebahagiaan abadi.

Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya nikmat itu. Hikmah tersebut bukan wahyu yang diturunkan kepada Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.

Berdasarkan riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Ibnu Jarir ath-thabari, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi hatim dari Ibnu 'Abbas bahwa Lukman adalah seorang hamba/budak dan tukang kayu dari Habasyah. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa Lukman adalah seorang yang arif, bijak, dan bukan nabi.

Banyak riwayat yang menerangkan asal-usul Lukman ini, dan riwayat-riwayat itu antara yang satu dengan yang lain tidak ada kesesuaian. Said bin Musayyab mengatakan bahwa Lukman berasal dari Sudan, sebelah selatan Mesir. Zamakhsyari dan Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Lukman termasuk keturunan Bani Israil dan salah seorang cucu Azar, ayah Ibrahim. Menurut pendapat ini, Lukman hidup sebelum kedatangan Nabi Daud. Sedang menurut al-Waqidi, ia salah seorang qadhi Bani Israil. Ada pula riwayat yang menerangkan bahwa Lukman hanyalah seorang yang sangat saleh (wali), bukan seorang nabi.

Terlepas dari semua pendapat riwayat di atas, apakah Lukman itu seorang nabi atau bukan, apakah ia orang Sudan atau keturunan Bani Israil, maka yang jelas dan diyakini ialah Lukman adalah seorang hamba Allah yang telah dianugerahi hikmah, mempunyai akidah yang benar, memahami dasar-dasar agama Allah, dan mengetahui akhlak yang mulia. Namanya disebut dalam Al-Qur'an sebagai salah seorang yang selalu menghambakan diri kepada-Nya.

Cara Mendidik Anak menurut Luqman Al Hakim

Ajari untuk Mengenal Allah SWT dan Tidak Menyekutukan-Nya

Pertama, ajarkan anak untuk tidak menyekutukan Allah SWT. Sesuai dengan surat Luqman ayat 13
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Artinya : "Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.'"

Di ayat tersebut terdapat larangan untuk menyekutukan Allah. Larangan tersebut patut disampaikan Luqman kepada anaknya karena perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan musyrik dan merupakan perbuatan dosa yang paling besar.

Cara yang paling efektif untuk menghindari musyrik adalah dengan mengenalkan anak dengan Allah SWT. Bagaimana caranya?

Pertama, ajari anak untuk selalu bersyukur atas segala takdir Allah. Misalkan jelaskan kepada anak, bersyukur karena diciptakan dengan dua tangan dan dua kaki sebab tidak semua manusia diciptakan dengan bagian tubuh yang lengkap. Kemudian bersyukur masih dapat melihat dengan baik, sebab tidak semua orang memiliki indra yang berfungsi dengan baik. Dengan demikian anak akan paham tentang takdir Allah.

Kemudian anak dapat mengenal Allah melalui ciptaannya. Misalkan, jelaskan kepada anak jika Allah lah yang menciptakan matahari, tanpa matahari kita tidak akan mendapat sinar yang cukup untuk melihat pemandangan dan dunia. Dengan begitu anak menjadi paham dengan kekuasaan Allah.

Terakhir, kenalkan dengan Rahman dan Rahim Allah. Kenalkan dengan kasih sayang Allah seperti, Allah memberikan rezeki bagi seluruh makhluk. Tiada satupun makhluk yang tidak mendapatkan perhatian dari-Nya.

Ajari untuk Berbakti Kepada Orang Tua

Kemudian, ajari anak untuk selalu berbakti terhadap orang tua, sesuai dengan surat Luqman Ayat 14
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Kemudian dilanjutkan pada surat Luqman ayat 15 jika orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah SWT.
وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ  ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Artinya : "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

Dari kedua ayat tersebut, terdapat perintah untuk berbakti kepada orang tua terutama ibu, kecuali jika memaksa untuk menyekutukan Allah. Di ayat itu juga dijelaskan kesukaran ibu dalam mengandung, memelihara, dan mendidik anaknya sehingga harus berbuat baik kepada ibu.

Jelaskan kepada anak bahwa ibu bapaknya lah yang menanggung segala kebutuhan anaknya. Oleh karena itu, Allah meletakkan kewajiban untuk berbuat baik kepada orang tua setelah beribadah kepada-Nya. Anak harus diajarkan untuk selalu menghormati dan menaati perintah orang tuanya.

Ajari untuk Beriman kepada Hari Akhir

Terakhir, ajarkan anak untuk percaya dengan Hari Pembalasan (Hari Kiamat) sesuai dengan surat Luqman ayat 16
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
Artinya : "(Lukman berkata), 'Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.'"

Kemudian Allah menjelaskan lagi perintahnya di surat Luqman ayat 17
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
Artinya : "Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."

Di kedua ayat tersebut terdapat beberapa perintah. Pertama, perintah untuk beriman kepada Hari Kiamat, hari dimana Allah akan membalas seluruh perbuatan manusia di dunia, walaupun seberat biji sawi sekalipun. Tentu harus kita tanamkan kepada diri anak-anak jika segala yang kita lakukan di dunia ini ada balasannya, baik itu berbuat baik maupun berbuat buruk. Sesuai dengan ketentuan Allah dan sifat Allah yang Mahahalus dan Mahateliti.

Kemudian perintah untuk mendirikan sholat. Ajari anak untuk mendirikan sholat wajib lima waktu. Dengan demikian anak akan terbiasa untuk beribadah dan tidak mudah mengeluh untuk menjalankan perintah Allah yang lain.

Lalu, perintah untuk menyerukan kepada manusia untuk berbuat yang makruf dan menjauhi yang mungkar. Ajari anak untuk mengenal mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Seperti mengajari anak untuk bershodaqoh dan menghindari meminta-minta. Jelaskan kepada anak hikmah di balik perbuatan tersebut.

Dan terakhir, perintah untuk bersabar terhadap apa yang terjadi. Misalnya ketika anak terjatuh dari sepeda kemudian terluka, jelaskan kepada anak untuk bersabar. Luka tersebut tidak bisa langsung sembuh, tetapi harus sabar hingga lukanya sembuh. Hikmahnya anak akan belajar dari kegagalan yang telah dialami untuk tidak kembali terjatuh.

Anak harus mengerti untuk selalu bersabar ketika mengalami musibah. Sebab segala yang terjadi merupakan kehendak Allah dan pasti akan ada hikmah di baliknya, kita sebagai manusia diperintahkan untuk bersabar menghadapinya.

Dan sebagai penutup, Allah memerintahkan tiga hal tersebut di atas karena merupakan pekerjaan yang amat besar faedahnya bagi yang mengerjakannya dan memberi manfaat di dunia dan di akhirat.

Tentu apabila tiga hal tersebut ditaati, insyaAllah akan menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta akan berbakti kepada orang tua dan berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Aamin.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber :
- Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia (https://quran(dot)kemenag(dot)go(dot)id)
Share This :

0 komentar