BLANTERWISDOM101

Review Film Sang Kiai : Menerka Ulang Rahasia Besar Sejarah

Thursday, January 23, 2020
Review FIlm Sang Kiai : Menerka Ulang Rahasia Besar Sejarah
Film drama sejarah, mungkin merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan film Sang Kiai. Film ini telah dirilis pada 30 mei 2013, dan merupakan garapan dari sutradara Rako Prijanto. Film yang diproduksi oleh Rapi Films ini dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken, dan beberapa artis lainnya serta diiringi dengan soundtrack dari band Ungu "Bila Tiba" dan "Bunga". Film yang berlatar tahun 1942 - 1947 ini, menjadi salah satu bentuk penghormatan terhadap para pahlawan bangsa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ikranagara memerankan KH. Hasyim Asy'ari
Ikranagara yang sedang memerankan tokoh KH. Hasyim Asy'ari

Kenapa harus direview, kan sudah tayang?


Film ini memang sudah tayang di bioskop 2013 lalu, bahkan diulang lagi pada 2014. Namun beberapa orang yang telah menonton film tersebut akan merasakan perbedaan film ini dibanding film lainnya. Sebab, film ini mengangkat kisah kepahlawanan dari kaum santri dalam hal ini dipimpin oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari bersama orang-orang disekitarnya yang sangat berpengaruh dan berdampak besar terhadap perjuangan kemerdekaan di Indonesia.

Terlepas dari film serupa yang telah rilis sebelumnya, Sang Pencerah (2010) dengan mengangkat KH. Ahmad Dahlan yang sama-sama mengangkat tokoh agamis Indonesia, tetapi film Sang Kiai ini menjadi berbeda karena film ini sangat kental akan nilai-nilai naisonalisme yang sangat diperlukan bagi anak muda saat ini.

Kita harus bercermin dari sifat-sifat "Sang Kiai" alias KH. Hasyim Asy'ari yang begitu santun, bijaksana, dan memiliki pikiran yang jauh ke depan. Bahkan beliau berani mengorbankan segalanya asalkan bukan agamanya untuk membela tanah air meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam film ini. Tentu terdapat perbedaan dalam menyikapi film ini, karena pendapat dan pandangan setiap orang tidaklah sama.

Resensi Film Sang Kiai

Film ini berkisah tentang perjuangan KH. Hasyim Asy'ari dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semangat itu harus terhambat ketika Jepang datang ke Tebuireng. Mereka berhasil membuat Kiai untuk dipenjara.

Jepang menemui Kiai
Adegan ketika Jepang menemui Kiai
Namun, perlakuan Jepang terhadap Kiai tidak membuat kaum santri diam begitu saja. Para santri sukses membuat Jepang kewalahan dan terpaksa untuk memindahkan Kiai ke tempat lain.

Usaha santri untuk membebaskan Kiai tidak berhenti sampai disitu, usaha diplomatis pun dilakukan. Tetapi, usaha tersebut tetap gagal hingga akhirnya keputusan Jepang untuk memanfaatkan para Kiai yang telah ditangkap untuk diberikan "Latihan Kiai" agar mau untuk membujuk rakyat memperbanyak hasil buminya. Jepang meminta Kiai untuk membubarkan MIAI dan membentuk Masyumi untuk bekerja sama dengan Shumubu (Kementrian Agama bentukan Jepang). Kiai memutuskan untuk mengeluarkan fatwanya melalui Masyumi untuk memperbanyak hasil bumi.
Santri berusaha membebaskan Kiai
Usaha yang dilakukan santri agar Kiai dapat dibebaskan
Akhirnya, Kiai pun dapat kembali ke Tebuireng. Namun, rakyat pun gelisah, tak terkecuali Harun, salah seorang santrinya. Sebab, hasil bumi yang didapat justru diambil oleh Jepang sehingga rakyat pun menderita karena kelaparan. Adanya kabar jika KH. Zaenal Musthofa yang dieksekusi akibat menolak menyerahkan hasil bumi kepada Jepang, membuat Harun semakin gelisah dan tidak percaya dengan Kiai. Hal itu membuat Harun meninggalkan Tebuireng bersama Sari.
Kiai dapat kembali
Adegan dibebaskannya Kiai dari penjara
Kiai menyayangkan hal tersebut dan menganggap adanya salah paham dalam menanggapi keputusan beliau. Sementara itu, beban rakyat yang semakin berat membuat pikiran Kiai ikut berat hingga jatuh sakit.

Jepang menganggap Shumubu gagal dalam menjalankan tugasnya, dan memutuskan untuk menggabungkan Masyumi dengan Shumubu dengan KH. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya. Kiai menyetujui hal itu dengan syarat anaknya, Wahid Hasyim yang menggantikan beliau di Jakarta sementara beliau kembali ke Tebuireng.

Bantuan dari dunia Internasional pun datang. Ketua Kongres Muslim Dunia saat itu mengirim surat ke PM Koiso tentang janji kemerdekaan Indonesia, kemudian disusul dengan pengumuman janji kemerdekaan Indonesia oleh PM Koiso di Tokyo.

Jepang yang mulai lemah, meminta agar pemuda Indonesia masuk dalam barisan Heiho. Kiai menerima usulan tersebut tetapi dengan membentuk Barisan Hizbullah untuk mempertahankan keamanan negeri.

Usai dilatih oleh Jepang, Jepang justru menyerah kepada Sekutu dengan sepenuhnya. Harun yang ikut mendengar kabar tersebut pun akhirnya sadar dan ikut berjuang melawan penjajah bersama Laskar Hizbullah.

Sekutu pun datang ke Surabaya untuk kembali menjajah Indonesia. Dalam keadaan genting, utusan dari Ir. Soekarno meminta pendapat Kiai tentang hukum membela tanah air. Kemudian beliau mengumpulkan para kiai lain untuk menjelaskan hukum tersebut sekaligus mengeluarkan Resolusi Jihad.

Isi dari Resolusi Jihad adalah hukum membela tanah air adalah fardhu 'ain bagi seluruh mukallaf untuk jihad melawan penjajah, sehingga yang mati dalam membela tanah air adalah mati syahid.

Di saat yang bersamaan, Surabaya memanas. Bung Tomo mendatangi Kiai untuk meminta nasehat. Kiai menjelaskan jika setiap pidato hendaknya diawali dan diakhiri dengan takbir untuk membakar semangat para pejuang.
Santri memnita do'a dari Kiai
Beberapa santri meminta izin dan do'a Kiai untuk berangkat ke Surabaya
Sementara itu, Sekutu mengeluarkan ultimatum kepada para pejuang di Surabaya. Pertempuran pun terjadi, Sekutu merasa jika mereka telah terkepung. Sekutu terpaksa untuk mengadakan gencatan senjata terhadap Indonesia. Para pejuang tentu tidak terima dengan keputusan tersebut. Harun pun memutuskan untuk menembak jenderal Sekutu, AWS. Mallaby. Mallaby pun tewas, namun naas, Harun tidak dapat selamat dari serangan Sekutu.

Sekutu tidak berhenti sampai disitu, mereka bahkan menyerang kembali kota Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Insiden tersebut sangat dahsyat sehingga terdapat banyak korban dari kedua belah pihak.

Kekejaman Sekutu terus berlanjut hingga pada tahun 1947, Belanda dengan menmboncengi Sekutu melancarkan Agresi Militer I. Hal itu membuat Jenderal Soedirman mengirim utusannya untuk menemui Kiai guna meminta nasehat beliau. Namun Kiai membutuhkan waktu untuk memikirkannya terlebih dahulu.

Tak disangka, Kiai justru wafat seketika itu. Sontak para santrinya terkejut dan mencoba menyadarkan Kiai kembali. Namun usaha itu sia-sia karena Kiai telah berpulang ke rahmatullah. Seisi pondok pesantren terutama Nyai Kapu dan anak-anaknya, bahkan seluruh bangsa Indonesia pun bersedih karena kehilangan sang guru besar, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Kehilangan panutan berdampak sangat besar bagi perjuangan bangsa Indonesia.

Film ini diakhiri dengan dikuasainya Tebuireng sebagai tempat kediaman para santri oleh Belanda setelah dicurigai sebagai tempat persembunyian Tentara Republik. Terpaksa para santri harus meninggalkan Tebuireng dengan ancaman yang terus membuntuti dari Belanda.

Alasan Kenapa Harus Menonton Film Sang Kiai

Ada beberapa orang di luar sana yang menganggap film ini berbau politik organisasi tertentu, justru merekalah yang salah besar. Bahkan film ini justru sebagian besar mengangkat sejarah bangsa Indonesia, dan berhasil memadukan peran kaum agamis di dalamnya. Sehingga film ini dapat dikatakan bagus ditonton oleh semua kalangan.

  1. Syarat akan Pesan Moral
  2. Mungkin jarang film yang secara ekstrinsik memunculkan secara langsung pesan-pesan dan nasehat melalui dialog dari film. Itulah yang membuat film ini berbeda, film ini mampu dengan baik menyelipkan pesan moral itu melalui dialog langsung KH. Hasyim Asy'ari maupun melalui tokoh lainnya.

    Berikut beberapa pesan yang dapat ditemui dalam dialog tokoh film ini :
    "Allah tidak akan memberi manfaat dan kemuliaan bagi umatnya yang tidak mau hidup berjamaah. Tidak bagi umat terdahulu dan tidak juga bagi hamba Allah yang hidup di akhir zaman" - Nyai Kapu
    "Tidak ada hal yang lebih buruk daripada menggadaikan Akidah untuk mencari selamat, hanya kepada Allah SWT kami menyembah" - KH. Hasyim Asy'ari
    "Perempuan itu ibarat pakaian bagi seorang laki-laki, yakni menghangatkan di musim hujan dan meneduhkan di musim kemarau" - Nyai Kapu
    "Sesungguhnya sesuatu hal ketaatan itu apabila telah bercampur dengan kemaksiatan yang tampak jelas, maka harus ditolak" - KH. Hasyim Asy'ari
    "Hukum membela negara dan melawan penjajah adalah wajib bagi setiap masyarakat indonesia. umat islam yang mati di medan pertempuran akan mati syahid dan mereka yang menghianati perjuangan umat islam dengan memecah belah persatuan lalu menjadi kaki tangan penjajah wajib hukumnya dibunuh" - KH. Hasyim Asy'ari
    "Semua orang yang melawan penjajah itu adalah pahlawan, tidak ada yang lebih berjasa dari yang lain. Kalaupun ada yang melupakan jasa mereka, juga tidak mengapa karena Allah menjanjikan tempat yang sebaik-baiknya bagi para syuhada'" - KH. Hasyim Asy'ari

  3. Mengobarkan Semangat Perjuangan
  4. Beberapa adegan dalam film ini menunjukkan bahwa kemerdekaan tidak dapat dicapai dengan mudah, juga tidak mudah mempertahankannya. Dibutuhkan semangat perjuangan yang tinggi serta pengorbanan dari hal yang disayangi untuk mendapatkannya.

    Ujian dan cobaan harus dilalui, baik itu ujian fisik yang dialami oleh Kiai dan para pengikutnya maupun ujian mental ataupun politik yang harus segera ditangani. Terutama dalam adegan heroik ketika melawan Sekutu di Surabaya, pejuang tanpa takut untuk melawan penjajah. Semangat itulah yang harus kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.

  5. Cocok bagi Kaum Santri
  6. Selain berlatar pondok pesantren, film ini juga mengangkat pentingnya santri dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Melalui perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Wahid Hasyim, juga melalui perjuangan Laskar Hizbullah yang bertempur dalam medan perang.

    Santri pasti akan tersentuh dengan adegan-adegan dalam film ini, sebab bagi seorang santri, manut (ikut) Kiai menjadi gambaran betapa tawadhu' serta rasa hormat dalam diri mereka. Film ini menjadi bukti pembenaran akan bagaimana perjuangan santri ikut serta membela kebenaran dan mengubah pandangan orang lain dalam menganggap santri.

Itulah sedikit review dari film Sang Kiai, mungkin masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam menanggapi film tersebut, mohon dimaklumi. Beberapa pengamat film mungkin menemukan kekurangan di sana sini, tetapi tetap sebagai penonton mohon untuk menghargai dan menghormati pendapat orang lain.

Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan. Semoga review ini dapat bermanfaat, Amin.
Share This :

0 komentar